Hitam Anak Status - Galau Daftar Kuliah

03:27


Semerbak wangi aroma melati kraton menyejukan malam. Bulan juga ikut memeriahkan malam dengan bulatan penuh yang ditunjukannya. Cahayanya juga tak ada sng sudi untuk menghalangi. Memerlihatkan keindahan sesungguhnya dibalik kelamnya dunia nyata. Ya kehidupan siang hari yang begitu nyata dengan segala bentuk kesusahan yang dimunculkan. Malam yang hitam, tak sehitam yang biasa ditampakannya.
Hitam kembali merenung tepat di bawah keindahan cahaya rembulan. Angin yang semilir juga ikut mengibaskan rambut kakunya yang sudah beberapa hari tidak dikeramasnya dengan sampo. Dan seperti biasa Hitam selalu ditemani oleh laptop warna hitam kesayangannya itu. Tak tahu apa yang sedang dilakukannya, yang pasti bukan lagi tugas sekolahan. Hitam baru saja mengikuti ujian akhir nasional SMA dua hari yang lalu.
Sebagai siswa sekolah menengah atas bagi hitam merupakan langkah awal untuk keberlangsungan jenjang pendidikannya ke depan. Ujian nasional merupakan hari yang krusial bagi Hitam. Tiga hari yang menentukan keberadaannya di sekolah tercintannya. Apakah sekolah masih rindu dengannya yang mengharuskannya tidak beranjak dari sekolahnya. Sebaliknya sekolahnya sudah muak dan bangga dengan kehadirannya sehingga melepasnya untuk terus melanjutkan mengembangkan kepakan sayap rengkuhan kenakalan dan pencapaian yang ditorehkannya.
Hitam bukanlah siswa yang masuk kelompok penghuni deretan degradasi. Namun masih banyak siswa yang lebih superior dibandingkan kemampuannya. Hitam merasa kemampuannya cukup untuk membuatnya survive dan cukup memberi batasan untuk tidak dengki dengan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata – ratanya. Dengan kecukupan seperti itu tetap membuat Hitam masih disegani beberapa temannya. Teman yang terlalu keseringan stress jikalau mendengar kata ulangan dari guru.
Menghadapi ujian nasional tidaklah menjadi momok yang menakutkan bagi Hitam. Dia memiliki kecukupan dalam bidang pelajaran yang akan dijumpainya untuk tiga hari yang menegangkan itu. Hal itulah yang menjadi modal kesiapannya dalam menghadapi ujian nasional. Namun kekhawatiran tetap saja menjadi pertimbangan yang sedikit banyak memengaruhi mentalnya. Khawatir dengan tiga hari yang ditotal tidak lebih dari sepuluh jam yang aktif, yang menentukan keberlangsungan pendidikan yang seterusnya ia impikan.
Tiga hari yang menentukan itu telah Hitam lewati. Dan dari raut wajah yang ia berhasil tampakkan setelah ujian sedikit banyak menandakan bahwa ia puas dengan apa yang telah ia kerjakan selama tidak lebih dari sepuluh jam di dalam ruang kelas dengan lembaran kertas soal dan lembar jawab dihadapannya. Menyelesaiakan tiga hari tersebut diibaratkannya seperti perjuangan yang sama para pejuang saat harus menghadapi penjajah untuk mendapatkan kemerdekaan . Dan Hitam telah merdeka.
Laptop warna hitam yang sudah ada dipangkuannya kembali dihidupkannya. Dipandanginya langit yang memerlihatkan segala isinya dengan begitu cerahnya. Menikmati pancaran cahaya bulan penuh dengan imaji berjemur di pantai Miami. Merupakan serangkaian hal yang dilakukan Hitam seraya menunggu laptop kesayangan yang begitu lemot untuk booting. Dimasukannya tiga digit kata pengaman pada laptopnya. Hitam mengetikan tiga huruf yang berdekatan di bagian  kiri tengah keyboard laptop warna hitamnya.
Tak lupa modem hitam andalan Hitam. Dia sematkan colokan USBnya terhubung dengan laptop. Secara langsung autorun program modemnya akan muncul untuk perintah pengaktifan. Koneksi internet dijalankan. Kegiatan menulis secara spontan yang ia geluti bakalan ditunjukannya tidak lama lagi. Dengan pertama – tama membuka browser pada laptopnya untuk mengunjungi situs media sosial miliknya. Facebook dan twitter merupakan situs langganan yang harus dikunjunginya.
"langit malam ini begitu damai, tapi sangat bertolak belakang dengan pikiran ku saat ini"
Hitam mulai berpikir keras untuk kelanjutan pendidikannya kemudian setelah bisa tamat dan lulus sekolah menengahnya. Dia sangat mengidamkan untuk bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mengemban tugas dengan status sebagai mahasiswa. Hitam juga menyadari untuk bisa kembali menempuh lanjutan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi membutuhkan kemampuan akademiknya serta masalah materil yang tidak bisa dikesampingkan dari kuliah. Dengan menjadi mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi, merupakan suatu pencapaian yang besar yang saat ini dapat ia lakukan.
Pencapaian besar pun disertai dengan kekhawatiran yang besar pula. Malam - malam setelah menjalani tiga hari yang menentukan, menjadi malam yang panjang bagi Hitam. Setiap malam ia bisa menikmati kelamnya malam hingga bisa menyaksikan mentari menyingsingkan horizon. Waktu yang menunjukan pukul 01.00 dini hari berasa seperti pada pukul 10.00 pada malam - malam biasanya. Suara - suara keramaian yang biasanya mengisi keributan malam yang ia lalui, kini serasa terbungkus oleh kesunyian yang mengakar hingga ke dalam lubuk hati. Hitam galau dengan pendaftaran kuliah.
" relativitas waktu semakin terasa, jam menunjukan 01.00 am tapi berasa 10.00 pm."
Teman - teman satu kelas Hitam sudah mulai menyiapkan berkas - berkas penting untuk disiapkan sebagai persyaratan pendaftaran, begitu pula yang dilakukan Hitam. Namun temannya sudah mulai bergegas beramai - ramai menuju kantor bank terdekat untuk melakukan pembayaran untuk biaya pendaftaran penerimaan mahasiswa baru suatu perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang cukup memiliki nama besar di Indonesia. Sudah banyak buku - buku panduan untuk latiahan ujian tulis penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi. Teman - temannya juga mulai ramai merencanakan keberangkatan mereka menuju kota dimana tempat perguruan tinggi tersebut berada. Kota dimana mereka akan melangsungkan ujian tulis untuk penerimaan mahasiswa baru yang diikuti.
Bagi Hitam hal tersebut masih belum terbesit sama sekali dalam benaknya. Hitam masih berkutat dengan kekacau galauannya dengan jurusan apa yang akan ia pilih kemudian. Hitam bingung dengan jurusan yang akan dipilih. Hal tersebut merupakan kali pertamanya, belum pernah mengalami sebelumnya, dan juga belum ada pengalaman tentang hal tersebutbahkan dari saudara kerabatnya. Hitam bukannya tak memiliki bayangan sama sekali dengan pilihan - pilihan jurusan yang ada. Namun keseluruhan pilihan yang Hitam minati selalu mengharuskan ia kaitkan dengan keadaan ekonomi dalam keluarganya. Dan itu menjadi batas akan ketidakterbatasan ilmu beserta segala luasnya wawasan dalam dunia ini.
" STAN, UGM, UI, ITB, Undip........"
" Fisika UNY, kedokteran UI, kelas kerjasama PLN - Polines,,,hufft"
Hitam pun melakuakn kegiatan pendaftaran yang teman - teman pada umumnya lakukan. Dengan beberapa uang yang ia miliki hasil dari pemberian orang tuanya, ia melakukan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru beberapa perguruan tinggi yang menawarkan kemungkinan besar baginya. Keseluruhan kebingungan yang sebelumnya ia hadapi, Hitam sambut dengan keputusan - keputusan yang menurutnya bijak untuk menentukan piliha yang ada. Sejalan dengan keputusan yang diambil itulah, Hitam melakukan segalanya dengan niatan dengan penuh kesungguhan. Kesungguhan untuk mendapatkan hasil mungkin tidak sepenuhnya baik, namun dapat sesuai dengan apa yang ia butuhkna atas pilihan yang ia putuskan.
" keputusan sudah ditentukan, sikap kemudian yang menentukan...be action"

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images