Pikiran ini kembali lagi. Hal yang mengharuskan saya harus kembali berpikir lebih dalam. Mencoba merubah diri untuk menjadi lebih baik dengan tentunya tetap menjadi pribadi saya sendiri. Pribadi yang terkenal membosanka sejak dulu, masih menjadi masalh hingga sekarang ini. Entah mengapa seperti itu. Mungkin karena saya memang kurang mengikuti perkembangan kehidupan yang selalu berkembang. Saya terlalu pengecut untuk ingin tahu apa yang baru di masa kehidupan saya semenjak dulu.
Hampir disegala hal saya cenderung membosankan, apalagi dalam hal asmara. Kisah asmara percintaan suatu pasangan selalu memiliki kisah yang sangat menarik yang setiap waktunya selalu berubah - ubah dan menarik untuk dikenangkan kembali. Bahkan goresan tinta - tinta dalam langit pun tak mampu mengisahkan kerhidupan percintaan suatu pasangan dengan peraduan asmara mereka. Dan hal itu merupakn suatu hal yang semenjak dulu saya idamkan. Mengidamkan ada hal - hal yang nantinya bisa saya ceritakan tentang perjalanan hidup saya pada orang lain, apalagi tentang kisah percintaan.
Sebuah cerita perfilman atau pun sinetron tentang percintaan tidak pernah habis dengan ide - ide kisah asmara yang akan diceritakan. Dan semuanya memiliki cerita mereka masing - masing, meskipun dasar dari segala cerita itu bersumber dari satu hal yaitu cinta. Namun dengan keindahan dan kekeramatan dari cinta menghasilkan alur cerita yang berbeda - beda untuk setiap pasangan yang menjalani kehidupan percintaan. Dan tidak ada yang membuat saya bosan untuk mendengarkan kisah percintaan mereka. Hanya satu hal, saya yang membuatnya menjadi membosankan.
Begitu banyak kebodohan - kebodohan dalam menjalin percintaan yang telah saya lakukan dan semua itu baru saya sadari setelah sekian lama hal itu terjadi. Sungguh tidak peka. Sesuatu yang harusnya menjadi event yang nantinya bisa saya masukan dalam subbab mozaik perjalanan hidup saya, menjadi renungan betapa bodohnya saya kala itu. Bagaiman tidak bodoh, coba bayangkan. Waktu itu dijaman ketika saya masih menginjakan kaki di pendidikan tingkat menengah atas, kelas 2 sepertinya. Seperti halnya anak sekolahan pada umumnya saya tentunya memiliki seorang perempuan yang saya cintai, dan itu memang ada.
Saat itu olahraga futsal mulai populer dikalangan anak muda, seperti saya dan teman - teman satu kelas tentunya. Kami bermain futsal setelah pulang jam pelajaran sekolah, saya ikut tentunya dan perempuan yang saya cintai juga ikut mendampingi kala itu. Saya selalu asik jikalau melakukan olahraga boal kaki tersebut karena memang sangat gemar, meski tidak mahir - mahir amat. Keringat mulai bercucuran, nafas mulai terengah - engah pertanda kelelahan mulai menggerogoti tubuh muda ini dan seteguk air sangat tepat dan nikmat saat itu. Dan hal itu terbaca oleh perempuan yang menemaniku bermain futsal. Dia menunggu duduk di kursi yang memang sudah disediakan oleh empunya tempat futsal. Dia mengambil sebuah botol air mineral yang memang sudah ia siapkan. Dia menghampiri lapangan tempat saya bermain futsal mendekat pada jaring pembatas dan juga penghalang agar bola tidak keluar lapangan, dan menghampiri saya.
"Ini minumnya", ucapnya dengan begitu anggun dimata saya. Saya begitu menikmati saat itu.
"Iya, nanti aja", jawaban bodoh yang saya lontarkan sebagai seorang laki - laki yang sedang memiliki hubungan spesial dengan perempuan tersebut. Hal itulah yang sampai sekarang selalu menjadi hutang bagi saya. Dan itu adalah pertama kalinya Dia menemaniku, dan saya bodoh.
Hampir disegala hal saya cenderung membosankan, apalagi dalam hal asmara. Kisah asmara percintaan suatu pasangan selalu memiliki kisah yang sangat menarik yang setiap waktunya selalu berubah - ubah dan menarik untuk dikenangkan kembali. Bahkan goresan tinta - tinta dalam langit pun tak mampu mengisahkan kerhidupan percintaan suatu pasangan dengan peraduan asmara mereka. Dan hal itu merupakn suatu hal yang semenjak dulu saya idamkan. Mengidamkan ada hal - hal yang nantinya bisa saya ceritakan tentang perjalanan hidup saya pada orang lain, apalagi tentang kisah percintaan.
Sebuah cerita perfilman atau pun sinetron tentang percintaan tidak pernah habis dengan ide - ide kisah asmara yang akan diceritakan. Dan semuanya memiliki cerita mereka masing - masing, meskipun dasar dari segala cerita itu bersumber dari satu hal yaitu cinta. Namun dengan keindahan dan kekeramatan dari cinta menghasilkan alur cerita yang berbeda - beda untuk setiap pasangan yang menjalani kehidupan percintaan. Dan tidak ada yang membuat saya bosan untuk mendengarkan kisah percintaan mereka. Hanya satu hal, saya yang membuatnya menjadi membosankan.
Begitu banyak kebodohan - kebodohan dalam menjalin percintaan yang telah saya lakukan dan semua itu baru saya sadari setelah sekian lama hal itu terjadi. Sungguh tidak peka. Sesuatu yang harusnya menjadi event yang nantinya bisa saya masukan dalam subbab mozaik perjalanan hidup saya, menjadi renungan betapa bodohnya saya kala itu. Bagaiman tidak bodoh, coba bayangkan. Waktu itu dijaman ketika saya masih menginjakan kaki di pendidikan tingkat menengah atas, kelas 2 sepertinya. Seperti halnya anak sekolahan pada umumnya saya tentunya memiliki seorang perempuan yang saya cintai, dan itu memang ada.
Saat itu olahraga futsal mulai populer dikalangan anak muda, seperti saya dan teman - teman satu kelas tentunya. Kami bermain futsal setelah pulang jam pelajaran sekolah, saya ikut tentunya dan perempuan yang saya cintai juga ikut mendampingi kala itu. Saya selalu asik jikalau melakukan olahraga boal kaki tersebut karena memang sangat gemar, meski tidak mahir - mahir amat. Keringat mulai bercucuran, nafas mulai terengah - engah pertanda kelelahan mulai menggerogoti tubuh muda ini dan seteguk air sangat tepat dan nikmat saat itu. Dan hal itu terbaca oleh perempuan yang menemaniku bermain futsal. Dia menunggu duduk di kursi yang memang sudah disediakan oleh empunya tempat futsal. Dia mengambil sebuah botol air mineral yang memang sudah ia siapkan. Dia menghampiri lapangan tempat saya bermain futsal mendekat pada jaring pembatas dan juga penghalang agar bola tidak keluar lapangan, dan menghampiri saya.
"Ini minumnya", ucapnya dengan begitu anggun dimata saya. Saya begitu menikmati saat itu.
"Iya, nanti aja", jawaban bodoh yang saya lontarkan sebagai seorang laki - laki yang sedang memiliki hubungan spesial dengan perempuan tersebut. Hal itulah yang sampai sekarang selalu menjadi hutang bagi saya. Dan itu adalah pertama kalinya Dia menemaniku, dan saya bodoh.