Dua Hari di Takaras
19:00Cerita ini berkisah beberapa minggu yang lalu.
Salah satu makhluk ciptaan Tuhan mengabarkan berita, sebuah pesan dari Tuhan. Makhluk ini berperawakan kecil, kurus tidak seksi, dengan raut muka agak tirus, hidung wajar pada umumnya, bibir yang sulit untuk aku deskripsikan dan ada beberapa titik - titik tahi lalat pada makhluk yang berjenis kelamin perempuan pada KTP-nya. Mudah - mudahan itu benar, akan sangat sulit untuk meyakinkan kalau "Bapak ahmad itu berkerudung". Perempuan itu bernama Dewi. Aku memanggilnya Mbak dedew, namun dalam cerita ini dia dipanggil Kak Yur. Hlaaa kok gitu? ya gitu aja pokoknya.
Kak Yur menyampaikan pesan bahwa ada beberapa makhluk Tuhan yang berkelompok merencanakan sesuatu. Mudah-mudahan kelompok itu tidak membahayakan dunia persilatan. Ternyata dugaan ku keliru, kelompok ini mempunyai rencana lain. Kelompok ini punya maksud di luar dugaan. Mereka hendak melakukan sesuatu ke sebuah Sekolah Dasar di salah satu kampung di Kalimantan Tengah. Kak Yur bilang makhluk yang berkelompok ini menamai mereka 1000 guru, 1000 guru Kalteng.
Apa itu 1000guru?
1000 guru ini lbeih dikenal dalam @1000_guru, sbagai akun twitter inspirasi bagi pendidikan pedalaman dan
perbatasan negeri ini. Dibentuk pada 22 Agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono,
pada awalnya 1000_guru adalah akun inspirasi dengan memberitakan
keadaan realita pendidikan di pedalaman pelosok negeri melalui media
social, namun kini berkembang dengan melakukan aksi sosial nyata dengan
turun langsung membantu pendidikan anak-anak pedalaman negeri. Dan sekarang 1000_guru ini sudah berkembang ke berbagai daerah serta lintas pulau, salah satunya di Kalimantan Tengah, Kalteng. Ingin lebih tahu lebih banyak? Intip aja kesini @1000_guru atau seribuguru.org untuk Kalteng ini akunnya 1000_guru_kalteng
1000_guru_Kalteng ini berencana megunjungi salah satu Sekolah Dasar di desa Takaras Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Programnya yang mengindu pada 1000_guru merupakan Traveling & Teaching. Jalan ke tempat menarik di pelosok negeri ini sembari mengajar dan berbagi mimpi dengan anak-anak sekolahan di sana. Sedikit memberikan kontribusi pada anak-anak SD di tempat tersebut. Dan kini 1000_guru_kalteng akan Traveling & Teaching di SD Takaras di kabupaten Gunung Mas.
Perjalanan di Jalan.
Kalo di langit jadinya perlangitan, kalo di bulan namanya perbulanan, kalo di simpang jalan jadinya persimpangan jalan, begitu seterusnya sampai Pecel lamongan jadi makanan khas diseluruh daerah di Indonesia.
Menuju Takaras harus aku tempuh beberapa jam perjalanan. Aku yang berdomisili di sekitaran Banjarbaru kalimantan selatan waktu itu melakukan perjalanan darat menggunakan sepeda motor bersama Kak Yur yang kebetulalan sedang berada di Banjarbaru. Jumat siang Kak Yur dan aku berangkat. Banjarbaru lalu ke Kapuas, lanjut melewati jembatan yang katanya terpanjang di Asean - jembatan di atas Rawa antara Kapuas ke Palangka - dan sampai di Palangkaraya sekitaran pukul tujuh.
Setelah semuanya kumpul, perjalanan dilanjutkan menggunakan truk polisi truk, Brimob menuju Desa Takaras. Berdasarkan intruksi teman - teman yang mengkoordinir pelaksanaan kegiatan ini, kami akan langsung ke SD Takaras tersebut dan bermalam di sana menggunakan ruangan kelas.
Akses jalan yang dirasakan selama perjalanan cukup baik. Truk mulai bergoncang setelah jalan protokol berakhir. Jalan yang kami susuri cukup gelap di malam hari karena memang jarang terlihat nyala lampu penerangan jalan dan beberapa saat pengemudi harus menurunkan rpm cukup rendah untuk melewati lubang di jalan. Dua jam perjalanan kami tempuh hingga sampai di SD Takaras. Dan esok adalah hari baru.
Desa Takaras
Desa Takaras, mungkin kalau tidak ikut dalam kegiatan ini aku tidak akan menyempatkan untuk membuka browser, buka kaca benggalanya google dan cari Desa Takaras. Dan hasilnya, tidak banyak yang bisa didapat dari mbah tentang desa tersebut. Kebanyakan hanya menginformasikan bahwa Desa Takaras ini adalah salah satu desa di Kecamatan Manuhing yang masih dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Akses jalan yang aku jumpai saat perjalanan pulang di siang hari, jalanan menuju desa Takaras sudah cukup baik. Aspal dijalanan sana sudah hotmix, dan lebarnya sudah cukup bagi kendaraan roda empat untuk berpapasan. Dan ada beberapa bagian jalan yang sudah mulai berlubang, yang aku rasa cukup wajar melihat kondisi jalan - jalan di negeri ini. Tapi paling tidak, infrastruktur yang melayani transportasi darat ini sudah sampai desa Takaras.
Sebelum mencapai SD Takaras dari jalanan yang dilalui, ada bangunan sekolahan yang cukup luas di bahu kanan jalan. Sekolahan itu bertuliskan SMP N 1 Manuhing. Sekolah menengah pertama di daerah tersebut yang cukup nampak bagus bangunannya hanya saja aku belum sempat melihatnya ke dalam. Tidak sampai 1 kilometer sampailah di SD Takaras. Sekolah dasar yang mempunyai 6 (enam) ruang kelas, satu kantor dan perpustakaan serta halaman untuk pelaksanaan upacara dan kegiatan olahraga lain.
Ruang kantor dan kelas 1 hingga kelas 3 masih terbangun dari kayu - kayu besi - kayu ulin. Sedangkan perpustakaan dan kelas lainnya berbeton dan nampak seperti bangunan baru. Namun sayang, bangunan yang nampak baru dengan tembok semennya itu malah lebih memprihatinkan dari pada ruang kantor dan kelas dari kayu.
Langit - langit kelas yang nampak baru itu tidak ada yang layak, bolong semua. Di kelas - kelas yang masih berdiri dengan kayu, kegiatan belajar di kelas hanya difasilitasi meja - seukuran meja lipat kisaran 70x50 cm - dengan duduk lesehan. Papan tulis sudah ada. Untuk kelas lain mereka sudah menggunakan kursi. Ada kursi panjang - semacam rakitan dari kayu lempeng yang tidak terpakai lalu disatukan - yang muat sampai empat orang untuk duduk bersama. Ada kursi yang merupakan rakitan dan reuse dari beberapa kursi yang memang sudah rusak untuk mereka duduki dan mengikuti pembelajaran di sekolah. Banyak juga meja yang harus didorong ke kanan agar kembali lurus dan tegak, namun akan kembali sepeti semula jika dilepaskan. Beberapa meja juga memungkinkan siswa untuk mengambil barang di laci melalui meja bagian atas (read : bolong).
Anak - anak di SD Takaras masih banyak yang membumi (read : nyeker). Dari satu kelas, lebih dari sebagian mereka tak memakai sepatu saat bersekolah. Baju seragam yang mereka kenakan juga nampak lusuh. Dan hampir merata dari kelas 1 hingga kelas 6 seperti itu. Dan yang pasti, masih ada upacara bendera di setiap hari senin.
4 comments
wahhhh, seru juga ni mas, oh ya, satu kerjaan sama mba Nia kah??
ReplyDeletesalam kenal
hahaha....kali pertama juga mas
Deleteoh iyaaa..nebeng mbk Nia ak :D
Salam kenal mas...ak ario :D
HOLLAAAA !!!! :D
ReplyDeletewehhh....Kak Vinaa hehehe...
Deletemaap berantakan :D