Berhaji Di Bawakaraeng

08:33

Bawakaraeng. Salah satu gunung yang cukup terkenal dikalangan para pendaki. Lokasi dimana wisata alam terbuka Malino menyejukan mata sebelum menghentakan kaki menapaki puncak Bawakaraeng. Gunjingan mistis yang kerap dibicarakan orang pun menjadi penjaja buah bibir yang akan memacu adrenalin pendaki dimanapun. Gunung Bawakaraeng, 2853 mdpl, Malino, Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.


Perjalanan dinas ke Makassar menjadi bumbu awal cerita Bawakaraeng untuk dinaikranahkan ke penelusuran google. Review beberapa teman yang sudah membulatkan niat untuk singgah di Bawakareng seperti awan segar yang menyulutkan gairah. Pandu teman yang sudah terdahulu merasakan puncaknya bak leakage gas Hidrogen ke udara bebas yang siap meledak dan mengantarkan ke puncak Bawakaraeng. Waktu pun membawa ke Makassar.
Sudah menjadi niatan untuk mencoba singgah di puncak Bawakaraeng. Ada tidaknya teman mendaki akan tetap berusaha untuk menikmati kopi panas dan nasi dengan beberapa ikan asin goreng yang tersaji di Bawakaraeng. Kaka Ratu, partner pendakian sebelumnya sekaligus almamater Mapala 09 serta fasilitator papan panjat di depan rumahnya merekomendasikan untuk singgah dahulu di Sekre Mapala 09 Unhas. Setelah melalui malam dengan sedapnya aroma kopi hitam panas menunggu pagi, diputuskan akan ada dua (2) anak Mapala 09 yang akan menemani ke Bawakaraeng. Bang Emon dan Bang Sabri.


Karena malam sudah larut dan persiapan yang mendadak akhirnya dilanjutkan keesokan harinya. Malam itu ikut nebeng tidur di sekre 09. Pagi kami melakukan persiapan dan re-check ulang rencana perjalanan. Dilanjutkan pelaksanaan solat jumat di masjid kampus Unhas di sekitaran Fakultas Kedokteran. Setelah jumatan itulah rencana perjalanan akan dimulai. Dengan sebelumnya menikmati makan siang prasmanan bersama - sama anak 09 dalam satu meja.
Pukul 15.00 Wita kami berangkat menggunakan motor menuju Lembanna, Malino kabupaten Gowa. Diperjalanan yang masih dikota kami sempatkan untuk mampir sejenak untuk menambah ransum, barang-barang konsumsi yang harus dipersiapkan untuk kapasitas minimal tiga orang. Kami potong kompas alias melalui jalan pintas yang dirasa lebih dekat dibandingkan harus memutari jalan Poros Malino. Tibalah di dusun Lembanna desa Kampung baru kelurahan Patappang, Malino kabupaten Gowa pukul 18.00 Wita disambut dengan turunnya mentari pada horison.


Akan dikenakan biaya masuk sebesar lima ribu rupiah (5 ribu) untuk satu kendaraan bermotor. Kami singgah sejenak di rumah warga, Daeng Rappe untuk menitipkan motor sekaligus berpamitan. Pukul 18.30 Wita dikenakanlah headlamp di kepala dan memulai perjalanan menuju puncak Bawakaraeng. Ketinggian start sudah berada 1440 mdpl untuk di dusun Lembanna. Akan ada 10 pos pendakian di depan yang harus dilewati sebelum akhirnya sampai di puncak Bawakaraeng.
Pos kami tempuh kurang dari 1 jam. Pos pendakian pertama dengan ketinggian 1640 mdpl kami singgahi pada pukul 19.22 Wita. Tak lama untuk singgah hanya melihat sekitaran pos 1 kemudian dilanjutkan untuk pos 2. Di ketinggian 1730 mdpl kami sampai di pos 2 pada pukul 19.56 Wita. kami langsung saja menuju pos 3 dengan ketinggian 1835 mdpl pada pukul 20.06 Wita. Kami menikmati beberapa roti sejenak sembari rombongan di depan kami melanjutkan perjalanan ke pos 4. Konon di pos 3 ini ada pendaki wanita yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di pohon dekat tugu penanda pos 3. Dan untungnya saya tahu hal tersebut saat tulisan ini akan diposting.
Perjalanan menuju pos 4 masih cukup dekat. Pukul 20.48 Wita kami sudah mendapati tugu penanda pos 4 di depan mata tersorot oleh lampu kepala. Di pos 4 ketinggian sudah mencapai 1993 mdpl. Seperti sebelumnya kami tak lama untuk singgah, perjalanan dilanjutkan untuk pos berikutnya. Pos 5 berada di ketinggian 2165 mdpl. Kami sampai disana pada pukul 21.20 Wita. Pos 5 menjadi salah satu pos pendakian yang direkomendasikan untuk mendirikan  camp. Dan... semua orang sependapat. Di tanah yang cukup lapang pada pos 5 tak lagi menyisakan lahan yang cukup untuk mendirikan tenda. Kami menuju sumber air di pos 5. Disana terdapat lahan cukup lapang untuk mendirikan tenda dan juga dekat dengan sumber air. Kami putuskan untuk istirahat malam ini di pos 5 dan melanjutkan perjalanan esok hari.






Tempe goreng, sayur bening, beberapa roti dan kopi panas menjadi menu sarapan di pagi hari. Sabtu. Kami memutuskan untuk memulai mendaki setelah sarapan. Perlengkapan berat kami tinggalkan di pos 5 bersama tenda yang masih berdiri. Kami lanjutkan perjalanan dengan beberapa bekal untuk makan siang dan dalam perjalanan.

Pos 5 - penuh dengan tenda pendaki

Pukul 08.20 Wita di hari Sabtunya kami memulai perjalanan menuju pos 10 untuk selanjutnya ke puncak. Dari pos 5 ke pos 10 bisa dibilang kami free hand. Hanya backpack yang kami bawa berisi perbekalan yang secukupya. Kurang dari setengah jam pos 6 sudah didapati. Ketinggian pos 6 di 2251 mdpl dengan tempat singgah yang cukup untuk 2 tenda. Diawal setelah pos vegetasi dipeuhi tumbuhan berlumut. Panas tidak menyengat saat berada di sini.


Jalur mulai tampak landai dengan beberapa batu, nisan mungkin tepatnya sebagai simbol untuk mengenang sahabat seperjalanan yang telah mendahului untuk menghadap pencipta semesta. Cukup untuk mengambil nafas panjang sebelum mulai menanjak menuju puncak Sarobbaya. Seperti itulah kawan dari Makassar menyebut pos 7, puncak Sarobbaya. Pukul 9.19 Wita dengan ketinggian 2420 mdpl kami sampai di pos 7. Dari mulai pos 5 hingga puncak Sarobbaya ini telepon genggam masih mendapatkan sinyal dan juga paket data untuk provider Tsel.Great! Checkin your position!

On our way to 7th

The 7th, Puncak Sarobbaya
Di Sarobbaya kami sejenak menikmati pemandangan yang begitu luas dan cukup cerah kala itu. Namun cuaca cepat sekali berubah di atas. Kami beranjak dari pos 7 setelah kabut mulai lebih ingin menikmati puncak Sarobbaya sendirian. Bang Emon, kawan dari Makassar mengatakan, dulu untuk mencapai pos 8 dari puncak Sarobbaya hanya berupa jalur lurus dengan elevasi yang lebih tinggi. Namun telah terjadi longsor dan menyebabkan jalurnya berubah. Kami harus dua kali naik-turun bukit untuk mencapai pos 8.
Setelah satu kali naik dan dua kali turun kami mendapati sumber air yang cukup melimpah. Dekat sumber air itulah terdapat percabangan yang konon menjadi salah satu penyebab pendaki yang kesasar. Jalur ke kiri landai dan seaakan turun. Menurut seorang Daeng di Lembanna jalur itu nantinya akan sampai pada jalur pendakian Bawakaraeng dari kecamatan Sinjai sehingga akan memutar cukup jauh. Jalur ke kanan akan memotong sumber air dan disuguhkan jalur menanjak setelahnya. Jalur tersebut yang akan melewatkan kami di jalur naik kedua sebelum sampai di pos 8.


Pukul 10.39 Wita kami sampai di ketinggian 2442 mdpl, tepatnya di pos 8. Disana disuguhkan tepat yang nyaman untuk membangun tenda beserta sungai dengan air yang melimpah di dekatnya. Kami melanjutkan perjalanan. Sampailah kami di pos 9, ketinggian 2628 mdpl pada pukul 11.28 Wita. Kami sejenak membasahi tenggorokan kami dengan air dari pos 8. Perjalanan dilanjutkan. Tibalah kami di pos 10, pos terakhir jalur pendakian Bawakaraeng sebelum ke Puncak. Pukul 12.15 Wita, tugu penanda puncak Bawakaraeng sudah nampak dari pos 10.







Di puncak Bawakaraeng ada tugu sebagai penanda. Konon katanya tugu itu yang dibaratkan sebagai kabah-nya Bawakaraeng. Karena juga ada mitos pendaki Bawakaraeng sudah menjadi Haji Bawakaraeng. :D

Cuaca sedang tidak mendukung. Pendakian yang kami lakukan berada di bulan Maret, yang sekarang ini masih banyak mencurahkan hujan. Berdasarkan keterangan warga sekitar dan para pendaki di Sulsel, waktu yang baik untuk mendaki adalah mulai dari Mei hingga September, di musim kemarau tepatnya lah.
Puncak Bawakaraeng sudah ku kunjungi. Semoga kalian bisa menikmati aroma Malino di sana nanti. Berharap akan bisa mengunjungi paku - paku bumi yang lain di sekitaran Sulawesi. The 7th summit Indonesia on Sulawesi, maybe!Rantemario!Latimojong!

May usefull! danke.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images