Golongan Tua, Golongan Muda. Masa Lalu, Masa Depan.

03:48

Sempat tersentak sampai tersedak hingga ke ubun - ubun rasanya. Seseorang yang begitu mahir menuangkan setiap fonem yang menghadirkan suku kata menjadikan kata terangkai dengan penuh keingintahuan, mengangkat suatu pernyataan muncul ke permukaan. 

" Bila ada orang muda yang lebih senang membicarakan masa lalu, mungkin... dia merasa tua!"

Sontak merangsang syaraf sensorik yang membangunkan pikiran yang sedang melayang rendah pada gelombang alfa. Seperti membangunkan tarantula yang sudah cukup lama berhibernasi selama musim dingin berselang dan siap untuk mencari santapan pertama setelah terlelap cukup panjang.


"Itulah yang menjadi pembeda antara golongan muda dan tua. Golongan tua memang seharusnya lebih banyak menceritakan masa lalu. Sedangkan golongan muda seharusnya lebih banyak menceritakan tentang masa depan", begitu tertulis dalam tulisannya.

Mungkin dari kalian banyak yang sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Tapi aku merupakan orang yang sangat menganggap berharga masa lalu yang sudah terlewati. Apapun itu. Suatu hajat yang hanya terlewati tanpa bisa sedikitpun tersentuh, atau pun suatu kesialan yang menimpa berkelanjutan seperti chain reaction seperti yang diuring-uringkan fisikawan dan juga perilaku bodoh yang telah dilakukan dimana baru sekarang disadari. Itu masa lalu dan berharga.

Dibenak pasti akan menguak pembenaran bahwa yang harus didceritakan golongan muda adalah masa depan. Muda - mudi yang hanya terjerembak pada kenangan masa lalu hanya akan stack pada kondisinya yang hanya berlarut - larut dengan masa lalunya. Mengungkit - ungkit kembali kenangan indah masa lalu yang kini sudah berhamburan. Membuatnya hanya akan terjebak dalam lingkaran pembatas dengan segala hamburan kenangan masa  lalu yang membelenggu. Hingga pada masanya dia merasa tua. Bahkan malah memang sudah tua.
Tak bisa keluar dalam lingkup masa lalu. Masih saja terbelenggu dengan kisah cinta yang telah lalu. Selalu memupuk cinta lalu sebagai kisah yang terbaik yang harus selalu diperjuangkan. Kenangan indah yang terlahir bersama selalu terlintas melalui bekas - bekas ingatan yang tertanam disudut - sudut memori. Tak bisa move on dari kondisinya sekarang dengan berhamburannya kenangan yang telah lalu. Kenangan indah membatasi lingkup geraknya untuk mencoba tahu suatu hal yang baru. Sesuatu di masa depan.

Tapi, apakah tidak ada yang terlewatkan di masa lalu? Mungkin suatu yang indah? atau pencapaian yang belum kesampaian?

















Kenangan untuk bersama - sama melebarkan tawa. Keberasamaan yang tak sengaja tercipta dengan segala cerita - cerita tak bermutu yang didongengkan disetiap pertemuannya. Membahas hal - hal yang tidak mutu. Membawanya ke permukaan dijadikan sebagai topik permbicaraan yang cukup untuk menghabiskan waktu hingga hujan di penghujung bulan Oktober berhenti berjatuhan dan memberi kesempatan untuk kembali ke kos masing - masing.




Bisa menghadirkan tawa orang lain,  mungkin pernah dilakukan di masa lalu. Kadang lupa bagaimana rasanya bisa menghadirkan seclumit tawa yang hadir pada orang lain. Hal itulah yang pada akhirnya hanya berujung pada kepuasan pribadi tanpa menghiraukan bahwa sesungguhnya bisa memberikan kepuasan pada orang lain disekitar. Memaksa, menghadirkan dan memotret tawa untuk seseorang yang begitu sulit ditemui gelak tawanya laksana memenangkan kejuaraan lari marathon 10K bagi seorang yang tak pernah punya waktu untuk olahraga.
Menceritakan masa lalu. Dimana seorang sahabat begitu memaksa untuk sekedar melepas tawa. Menahan gerak dan membatasi langkah agar serta merta dapat daimbilnya perawakan serta wajah jenaka melalui lensa kamera. Yang menjadi ukiran berharga dari masa lalu yang belum bisa dipecahkan misteri untuk dapat sedikit menggubahnya.





Dan perjuangan untuk bisa pakai toga bareng itu tak kalah berharga. Menjumpai teman - teman yang begitu gigih dalam menyelesaikan kuliahnya. Menyiasati dengan segala cara untuk menyelesaikan segala macam bentuk tugas - tugas yang menumpuk. Melek bersama hingga harus membangunkan ayam jago yang akan melakukan tugas rutinya berkokok di pagi hari. Belajar bersama hingga larut seperti dalang yang hendak pentas di UAS keesokan harinya. Saling adu untuk menjadi yang terbaik di kelas dengan satu hal yang pasti berupa reward yang cukup untuk mengajak jalan teman satu kelas. Bahkan ada pula yang cukup dengan terpaksa menyelesaikan pendidikannya sebagai rasa hormat pada orang tuanya atas pilihan yang mereka pilih untuk anaknya tercinta. Tentu, setiap orang punya alasan untuk memilih dan menentukan arah pilihannya. 


Golongan tua, golongan muda. Masa lalu, masa depan.
Aku cukup setuju dengan pernyataan golongan muda seharusnya lebih menceritakan masa depan dan golongan muda berkutat dengan cerita masa lalu. Tapi masa lalu juga berharga bagi golongan muda dengan segala cerita yang terkandung di dalamnya dan masa depan merupakan harapan besar golongan tua yang harus diceritakan golongan tua untuk membangun mimpi - mimpi masa depan tanpa batas. 

Golongan tua dan golongan muda, masa lalu dan masa depan, bagaimana menurut kalian?

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images