Siapa Perempuan Itu?
22:41
Perempuan itu pertama kali dibahas dalam grup sosial media Whatsapp bersama teman - teman kuliahku dulu.
"Lha cewek yang kamu ajak naik gunung itu siapa? kayaknya manis deh", tanyanya.
"Iya manis", aku jawab saja pasti.
Perbincangan di grup WA teman - teman satu kelas sewaktu di kampus dulu menjadi rame semalam. Pembahasan kembali seputar pasangan menjadi tema kali ini, baik cowok maupun cewek. Kebetulan anggota dalam grup WA itu mayoritas adalah para perjaka, yang mayoritas juga lajang (red : jomblo), sehingga pernyataan seputar cewek yang muncul akan menjadi topik yang menarik untuk diikuti dan diramaikan di grup.
Teman - teman ku itu kebanyakan mereka bekerja sebagai seorang teknisi (red : engineering) di tempat mereka bekerja. Tak banyak cukup waktu bagi mereka untuk melakukan obrolan ringan di siang hari. Waktu dimana mereka mencucurkan seluruh keringat dan menghabiskan detik demi menit waktu mereka untuk bekerja. Pencapaian yang teranggapnya cukup besar sebagai kumpulan pemudi - pemuda yang baru saja mengenakan toga untuk kali pertama. Sebagai fresh graduate yang langsung bekerja. Bak suatu prestasi, atau bahkan dianggapnya sebagai nasib yang dipaksakaan. Namun, semua itu tak mengendurkan semangat merekan untuk mengabdi bagi negeri ini, salah satunya dengan bekerja sebaik mungkin. Bahkan, ada dari mereka harus sesekali merelakan weekend mereka untuk berjubel dengan permasalahan teknis di tempat kerjanya. Itulah mengapa, obrolan di malam yang cukup larut ini bisa memanggil mereka untuk sesekali melepas lelah dengan bernostalgia bersama.
Dan sangat kebetulan malam minggu. Malam dimana banyak para pemuda - pemudi lajang (red : jomblo) berharap hujan lebat akan mengguyur kesendirian mereka yang tak mempunyai acara dan membuat mereka memiliki banyak teman dengan pasangan yang gagal dengan acara mereka. Para lelaki penyendiri (red : kesepian) di grup meramaikan malam minggunya dengan perbincangan ringan di malam yang sudah cukup larut ini. Ajang cari jodoh atau bahkan sindir - menyindir dan beberapa memanas - manasi beberapa teman yang (sedikit) memiliki dan akan membangun hubungan menjadi caffein penawar kantuk. Tak pelak mengundang tanggapan teman - teman yang biasanya hanya jadi seorang "juru baca UUD", bahasa inggrisnya itu silent reader. Komentar tak alih - alih berhenti malah berhamburan. Belum saja hendak menjawab satu ejekan yang muncul, kritikan yang baru sudah memenuhi timeline jendela WA. Pemberitahuan di grup pun mereda seketika teman - teman di tiap pulau tempat mereka bekerja terlelap bersama - sama dengan perbincangan renyah yang tak mutu malam ini.
Keesokan paginya mulai muncul rasa penasaran dan sedikit agak merasa seperti terjangkit amnesia tanpa benturan. Aku mencoba memutar - mutar kembali otak yang semalam kuhabiskan untuk meladeni ledekan teman nan jauh disana. Mencoba membalik ke belakang, membuka kembali lembaran - lembaran ingatan yang hampir akan tutup buku. Mengorek - ngorek tiap kata kunci yang mungkin pernah terlontar oleh daging tak bertulang ini di masa lalu.
Siapa cewek yang pernah ku ajak naik gunung itu?
0 comments