Bukan Mulut Yang Menjawab

20:49

Bulu kudug pun seraya berdiri. Dingin. Kaku.
Bibir begitu kering. Pecah. Bergaris sampai merah.
Rambut tak bedanya sapu ijuk. Panjang. Terurai kusut, bahkan untuk sekedar melewatkannya pada sela jemari tangan.
Mata. Tampak lingkar hitam mengitari mata. Sayu. Tajam. Tulang tampak lebih maju dibanding bulat hitamnya bola mata.

Tampak tak ada antusias.
Apalagi berbicara semangat.
Namun di dalamnya begitu menggelora.
Daya juang yang tak peduli apa mau dikata.

Tapi apa guna.
Walaupun di dalam tak gentar dihadang bermilyar-juta-triliun laluan.
Tampak seperti cacing di luar, ke permukaan tanah dengan penuh taburan garam dimana - mana.
Menggebu penuh api membara di dalam, sementara tangan dan kaki membeku.
Mungkin itu semua lebih tepatnya merugi.
Atau malah celaka?
Tak kau gunakan tangan dan kakimu itu.
Akalmu. Ya, akalmu itu. Sudah begitu puaskan berpikir sampai disitu.
Sampai dimana akalmu itu? Sejauh mana akalmu itu?
Akalmu. Tanganmu. Kakimu. Matamu. Bibirmu. Apa yang sudah kau perbuat dengan itu?
Maksiat!!
Bukan mulutmu itu yang pantas menjawab!

)* like a poetry

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook

Flickr Images