23 EPISENTRUM
Surat pengantar penempatan mengantarkan saya untuk kembali merasakan transportasi udara ke Banjarbaru, Kalimantan selatan. Ini merupakan pertama kali menginjakan kaki di Borneo, pulau Kalimantan. Kali aja banyak mantan, atau kali aja lupa mantan jadi bisa nemu yang baru, plesetannya begitu lewat candaan temen - temen saya. Tidak sendiri, saya ditemani seorang wanita satu angkatan diklat dan sama - sama ditempatkan di satu unit kerja. Rina namanya, teman satu kampus yang saya baru kenal saat kegiatan diklat dilaksanakan. Beda jurusan,kan. Dia itu tuh yang punya buku kayak di pic atas. Judulnya 23 Episentrum karya kedua dari Adenita.
Surat pengantar penempatan mengantarkan saya untuk kembali merasakan transportasi udara ke Banjarbaru, Kalimantan selatan. Ini merupakan pertama kali menginjakan kaki di Borneo, pulau Kalimantan. Kali aja banyak mantan, atau kali aja lupa mantan jadi bisa nemu yang baru, plesetannya begitu lewat candaan temen - temen saya. Tidak sendiri, saya ditemani seorang wanita satu angkatan diklat dan sama - sama ditempatkan di satu unit kerja. Rina namanya, teman satu kampus yang saya baru kenal saat kegiatan diklat dilaksanakan. Beda jurusan,kan. Dia itu tuh yang punya buku kayak di pic atas. Judulnya 23 Episentrum karya kedua dari Adenita.
Buku itu miliknya Rina, tapi saya yang baca. Dan tiap kali saya baca buku itu selalu ada kalimat - kalimat atau paragraf - paragraf yang menurut saya menarik dan itu saya jadikan beberapa bahan review saya untuk buku tersebut. Beginilah beberapa section yang cukup menarik perhatian saya. Ini hanya berapa bagiannya saja, banyak yang menarik dan overall ini buku yang sangat menarik. Great buat Adenita. Saya jadi tambah pengin buat buku. Karena kebanyakan buku yang pernah saya baca, penulisnya itu juga suka baca buku. So, one of the great writter is coming from a great reader.
di Chapter 28 – Episentrum goes to Rotterdam
….. Disentuhnya bundle demi bundle tumpukan uang
yang sudah dijalin rapi…1..2..3..4..5..6… Enam bundle uang dalam sebuah balutan
kertas kecil bercap Bank Indonesia, nominal itu jelas tertulis Rp 5.000.000,00.
Tiga puluh juta! Ya Tuhanku.
Tari semakin berdebar lagi karena baru kali ini ia
memegang uang sebanyak itu. Baru kali ini ia bias memandang secara kasat mata
beetapa banyaknya utang yang yang dimilikinya untuk memperjuangkan sekolahnya
dulu. Tari menggenggam uang itu dengan kedua tangannya. Berpindah dari tangan
kiri ke tangan kanan.
Tangannya gemetar memegang uang itu, uang pemberian
Awan. Katanya ini uang sedekah. Tanpa sadar, air matanya menetes. Setelah satu
per satu temannya yang membebaskan utangnya, kali ini ia menerima uang sedekah
untuk pertama kalinya. Tari ingin menjerit…. Ia bingung ekspresi apa yang harus
ia berikan. Akhirnya Tari reflex bersujud dan mengucap syukur. Ia merasa belum
pantas menerima pertolongan-Nya dengan cara seperti ini. Dalam cermin yang
berada di seberangnya, Tari melihat bayangan wajahnya. Ia berjanji, suatu saat
harus bias memberi lebih dari ini kepada orang lain. Kali ini tangannya ada di
bawah, rasanya nista… tapi ia memang tidak pernah meminta. Kali lain ia
bertekad agar tangannya bias terus di atas, memberi tanpa batas..
Chapter 29 – 23 Episentrum
…. “Mungkin ini saatnya, Tar…. Saatnya tangan lo
meneruskan kembali apa yang pernah lo dapatkan. Bukan lewat tangan gue, tapi
lewat tangan orang pernah menerima langsung. Biarkan tangan lo merasakan
memberi langsung juga. Keadaan sulit kadang membuat orang berhenti memberi dan
memikirkan orang lain. Tapi lo nggak, lo tetap memberi… lo berhasil membuktikan
bahwa uang bukan satu – satunya cara untuk memberi. Dan bahkan, semua yang lo
lakukan itu jumlahnya mungkin lebih besar dari uang yang lu pegang saat ini.”
Tari terdiam. Ia menatap amplop coklat itu. Amplop
yang berisi sebuah keajaiban baginya.
Saya nanti akan mencoba update tentang review buku ini. Karena bukunya terlalu menarik, jadi saya harus menyisihkan waktu menulis saya untuk baca buku ini.
Saya nanti akan mencoba update tentang review buku ini. Karena bukunya terlalu menarik, jadi saya harus menyisihkan waktu menulis saya untuk baca buku ini.