Totalitas (Tanpa Batas)

20:43

Biarkan jiwa - jiwa yang membara terbebaskan. Menghela kesesakan dalam peliknya kabut polutan. Terhenyak menatap hening malam - malam. Satu jiwa, satu tujuan. Bercampur beradu menyatu menjadi satu. Tetap berbeda untuk bersama. Satu gerakan untuk satu aba - aba. Suara menggema menggugah hening naga temaram. Menggeram, meraung menggetarkan jiwa. Satu suara kami bernyanyi, huhuhu.
Genderang bertabuh memulai irama beralur. Hentakan demi hentakan terkoyak dari impuls selaras pada pedal - pedal berganda. Petikan string gitar yang menggelora. Mengalunkan melodi - melodi tersambung nan hidup, menghidupkan jiwa - jiwa yang terlalu lama bersemayam dalam biduk mewahnya kemalasan. Efek suara terlontar menghanyutkan, mencengangkan perhatian. Dan terpaku raut ini memandang hampa, takjub, tergeleng ruas - ruas trachea ini, dan tersenyum menyeringai bak alumni panti kejiwaan yang tersesat. Tubuh ini pun bergerak. Jap - jap senar gede pada bass menghentak!. Bak sumber tegangan dari perusahaan listrik domestik yang diberikan pada sepasang alat serupa setrika uap jaman dulu, yang dihentakkan pada manusia - manusia yang sekarat, hampir mati. Mati rasa, mati hati, mati moral, mati yang tak tampak untuk suat mati yang tercampakkan. Merdu menggelora sang maestro vokal bertengger di ujung telatar panggung selasar. Berkharisma dengan kesepenuh hatiannya akan totalitas pelayanan pada sang penggemar yang setia. Tak pandang bulu dimana berada, siapa berada, mengapa berada, bagaimana berada, untuk kecintaan dan integritas pribadi akan seni berkarakter.
Gemerlap sinar polykromatik terpancar di segala penjuru dengan suatu ritme yang hebat dari sang maestro lampu kelap - kelip penuh warna. Meberi warna, menguatkan makna, mencengangkan mata, menajubkan karsa dengan kharisma penuh makna. Di sini kubernyanyi, kumenari, kubergelut, musing  tanpa arah namun penuh rasa hormat pada sekitarnya.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images