9 SUMMERS
10 AUTUMNS
Dari Kota Apel To The Big Apple
Begitu judul sebuah buku karya Iwan Setyawan yang lagi saya baca belakangan ini. Itu merupakan salah satu koleksi buku teman satu kost saya, satu kamar malahan. Teman saya ini sudah lebih dulu menghatamkan jauh - jauh hari. Saya penasaran dengan judul buku tersebut, yang membawakan nama salah satu buah yang saya anggap salah satu buah yang sakral, Apel, Apple. Sakral bukan karena buah ini memiliki suatu yang mistik atau apapun yang berbau tidak real. Sakral karena banyak hal, tokoh, karya - karya yang besar dengan nama ini. Lihat saja Steve Job dengan gadget - gadgetnya di Apple.inc atau Issac Newton dengan theorema Newtonian yang ia dapat karena sebuah apel yang jatuh dari pohonnya. Dan tentu saja Iwan Setyawan masuk salah satunya.
Saya sering melihat sebuah buku dari cover bagian belakangnya terlebih dahulu. Kebanyakan buku akan ada sinopsis dan beberapa tulisan - tulisan kecil komentar seorang yang besar tentang buku tersebut. Dari situlah buku ini menarik perhatian saya untuk membacanya.
Buku ini belum saya rampungkan sampai tulisan ini diposkan. Tapi sudah banyak hal yang saya dapat dari buku ini. Buku ini mengisahkan bagaimana kisah hidup seorang putra tunggal dari lima bersaudara dari kedua orang tuanya, Iwan Setyawan itu sendiri. Seorang laki - laki anak dari seorang sopir di daerah Batu, Malang. Bagaiamana perjuangan hidupnya dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki namun kebersamaan bersama keluarga yang begitu mahal untuk terbayarkan. Bagaimana perjuangan kakak sulungnya, Mbak isa berjuang dengan kesungguhannya akan pendidikan dan sikap pantang menyerah untuk tetap berprestasi dengan segala kekurangan yang ada. Diikuti pula oleh kakak keduannya, Mbak Inan dipanggilnya, yang memiliki hati seputih hati sang bunda, ibunya. Dan tetap berjuang untuk berprestasi dalam penddikannya. Begitu juga dengan kedua adik perempuannya.
Begitu pula dengan Iwan yang terpacu melihat bagaimana kedua kakaknya memandang dunia. Bagaimana dengan segala kekurangan mereka memperjuangkan hidup yang lebih baik. Bagiamana semangat belajar mereka sangat membara, membuat Ia yang pendiam, berani menantang dunia. Belajar, belajar, dan belajar. Semangat tak gentar meski begitu banyak keterbatasan dan halangan yang ada mengikutinya, hingga Ia sampai to the big apple.
10 AUTUMNS
Dari Kota Apel To The Big Apple
Begitu judul sebuah buku karya Iwan Setyawan yang lagi saya baca belakangan ini. Itu merupakan salah satu koleksi buku teman satu kost saya, satu kamar malahan. Teman saya ini sudah lebih dulu menghatamkan jauh - jauh hari. Saya penasaran dengan judul buku tersebut, yang membawakan nama salah satu buah yang saya anggap salah satu buah yang sakral, Apel, Apple. Sakral bukan karena buah ini memiliki suatu yang mistik atau apapun yang berbau tidak real. Sakral karena banyak hal, tokoh, karya - karya yang besar dengan nama ini. Lihat saja Steve Job dengan gadget - gadgetnya di Apple.inc atau Issac Newton dengan theorema Newtonian yang ia dapat karena sebuah apel yang jatuh dari pohonnya. Dan tentu saja Iwan Setyawan masuk salah satunya.
Saya sering melihat sebuah buku dari cover bagian belakangnya terlebih dahulu. Kebanyakan buku akan ada sinopsis dan beberapa tulisan - tulisan kecil komentar seorang yang besar tentang buku tersebut. Dari situlah buku ini menarik perhatian saya untuk membacanya.
Buku ini belum saya rampungkan sampai tulisan ini diposkan. Tapi sudah banyak hal yang saya dapat dari buku ini. Buku ini mengisahkan bagaimana kisah hidup seorang putra tunggal dari lima bersaudara dari kedua orang tuanya, Iwan Setyawan itu sendiri. Seorang laki - laki anak dari seorang sopir di daerah Batu, Malang. Bagaiamana perjuangan hidupnya dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki namun kebersamaan bersama keluarga yang begitu mahal untuk terbayarkan. Bagaimana perjuangan kakak sulungnya, Mbak isa berjuang dengan kesungguhannya akan pendidikan dan sikap pantang menyerah untuk tetap berprestasi dengan segala kekurangan yang ada. Diikuti pula oleh kakak keduannya, Mbak Inan dipanggilnya, yang memiliki hati seputih hati sang bunda, ibunya. Dan tetap berjuang untuk berprestasi dalam penddikannya. Begitu juga dengan kedua adik perempuannya.
Begitu pula dengan Iwan yang terpacu melihat bagaimana kedua kakaknya memandang dunia. Bagaimana dengan segala kekurangan mereka memperjuangkan hidup yang lebih baik. Bagiamana semangat belajar mereka sangat membara, membuat Ia yang pendiam, berani menantang dunia. Belajar, belajar, dan belajar. Semangat tak gentar meski begitu banyak keterbatasan dan halangan yang ada mengikutinya, hingga Ia sampai to the big apple.